SEJARAH DESA SADAHAYU
Tidak ada data tertulis tentang asal usul Desa Sadahayu. Tetapi dapat dipastikan bahwa Desa Sadahayu telah menjadi pemukiman yang jumlah penduduknya semakin bertambah seiring perjalanan waktu. Keterangan mengenai asal usul Desa Sadahayu yang dikemukakan oleh beberapa orang tua dihubungkan dengan tempat dan tokoh tertentu menurut beberapa versi.
- Versi 1
Alkisah, ada sepasang suami istri yang sedang berteduh di lereng pegunungan ( pegunungan tersebut diberi nama kuku rambut ), tiba tiba tempat yang didudukinya berbunyi. Karena ketakutan sepasang suami istri tersebut bergegas meninggalkan tempat tersebut dan berangkat lagi ke lereng pegunungan putri, tiba tiba mereka berdua lenyap dan hanya terdengar suaranya yang memberitakan asal kejadian tadi. Tempat duduk tersebut akhirnya di beri nama Sadahayu.
Orang yang hilang tersebut muncul kembali dan menjelma menjadi seekor kambing gibas dan di beri nama Endang Kencana. Dari asal usul tersebut desa kami memiliki mitos tidak diperbolehkannya penduduk setempat memelihara domba. Ada anggapan apabila ada warga yang melanggar aturan dalam cerita tersebut akan langsung terjadi bencana.
Kemudian domba tersebut menghilang lagi dan kemudian muncul lagi didataran gunung putri dan berubah menjadi putri cantik dan diberi nama Raden Ayu Mas Kumambang. Sampai saat ini tempat munculnya tersebut menjadi tempat keramat di Desa Sadahayu (Pasarean ).
- Versi 2
Pada jaman kerajaan islam. Majenang merupakan tempat pendidikan para santri dan penyiar islam yang yang mengharapkan santrinya mampu menjalani hidup sesuai dengan ajaran islam yang murni. Majenang (jenang) berasal dari kata jenang / makanan khas tersebut dari nasi ketan dan gula yang pembuatannya harus digodog.
Pada suatu waktu seorang ulama menyuruh santrinya untuk menuju kearah utara menuju daerah pegunungan. Setelah menimba ilmu yang cukup lama diharapkan orang tersebut berjalan diarah yang “benar” (sekarang menjadi Desa Bener) serta selalu menyembah kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT. Memiliki jiwa tauhid / tunggal. Sehingga santri tersebut memiliki sifat menyembah pada sifat tunggal (Allah Maha Esa ) yang akhirnya disitu menjadi Desa Sepatnunggal.
Beberapa bulan kemudian santri tersebut diberi pilihan yang sangat membingungkan yaitu antara memilih harta dunia atau jalan yang lurus. Akhirnya setelah merenung beberapa hari santri tersebut memutus kan pergi ke arah yang banyak bambu (awi) yang condong ke arah barat. Sampai sekarang daerah tersebut dikenal dengan nama “ciawi”. Menghadap kebarat diibaratkan dalam agama condong ke arah kiblat yang berarti menyembah (sholat) pada Allah. Adapun kecintaan kepada dunia (bumi) yang sampai terkenal dengan sebutan Desa Sadabumi.
Lama kelamaan setelah berjalan ke arah barat santri tersebut terluka dihutan belantara akibat tertusuk oleh ranting-ranting yang sangat tajam. Dan ia ingat akan petuah ulama tersebut, kalau luka harus diobati dengan sada (sirih) yang masih muda (cantik) dan diartikan sirih yang masih muda dan orang memanggilnya dengan sebutan Sada Ayu lama kelamaan menjadi Sadahayu.
Sadahayu oleh ulama tersebut diartikan sebagai orang yang memiliki jiwa yang cantik / ayu bersih dari segala kotoran jasmani dan rohani. Akhirnya akan terlihat tembong (red- bahasa sunda) artinya terlihat maka antara orang yang baik dan yang jahat akan selalu terlihat dimata Tuhan Yang Maha Kuasa dan akhirnya daerah yang dilalui santri tersebut diberi nama Tembong.
Sejarah Desa Sadahayu dapat dilihat juga dari masa kepemimpinan kepala desa yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Lambang Kabupaten Cilacap

Peta Wilayah Kabupaten Cilacap
Silsilah Kepala Desa
Berikut silsilah Kepala Desa Sadahayu mulai dari
awal didirikan sampai dengan sekarang

SURAWIJAYA
1842 – 1869

ATMA
1870 – 1878

BANGA WRANA
1879 – 1901

SINGA RANA / PENATUS
1902 – 1930

WIRATMA
1931 – 1941

MARYONO
1942 – 1964

KARTO SUWITO
1965 – 1966

SUKIRNO
1967 – 1988

KLIWON HADI SUDARMO
1989 – 2007

PAING PRAMONO
2008 – 2014

SUNARDI (Pj.Kades)
2014 – 2016

RASKIM
2016 – 2022

DASWA
2022 s/d sekarang